Sunday, December 18, 2016

Mencari Jejak Nusantara dalam Kisah Banjir Nuh & Tenggelamnya Atlantis Bagian 2

Dalam al-Qur’an QS.Hud [11]:40 menyebutkan “muatkanlah ke dalam bahtera itu masing-masing sepasang dan keluargamu”. Ayat tersebut tidak menyebutkan yang sepasang itu binatang atau bukan. Tetapi jika mengacu kepada susunan kalimatnya berarti yang dimaksud sepasang di sini adalah bukan manusia. Apalagi kalau bukan binatang. Al-Qur’an juga tidak menyebutkan jumlah spesifiknya, bisa jadi semua binatang yang menghuni pulau besar tersebut. Sedangkan dalam kitab Kejadian 7: 1-9 menyebutkan jumlah binatang yang diangkut ke dalam bahtera antara lain: 7 pasang binatang halal, sepasang binatang haram, dan 7 pasang spesies burung. Kesimpulannya, jumlah binatang yang diangkut ke dalam bahtera memang tidak sebanyak yang kita kira dengan alasan: al-Qur’an tidak menyebutkan berapa jumlahnya, kitab kejadian hanya menyebutkkan total sebanyak 15 pasang, dan dikuatkan dengan teori periodisasi bumi yang meyakini bentuk geografis bumi dulunya hanya sebuah pulau besar. Rasionalnya, semakin kompleks bentuk geografis sebuah wilayah maka semakin beragam juga flora dan faunanya dan begitu juga sebaliknya.

Buku ini juga menyinggung kisah atlantis. siapa yang tidak tahu kisah atlantis ? sebuah hal yang biasa jika seseorang membaca buku, menonton film, bahkan bermain game yang terinspirasi dari kisah atlantis. Namun menjadi sebuah hal yang menarik jika ternyata wilayah itu terletak di Nusantara. Ya, akhir-akhir ini banyak ilmuan yang meniliti tentang “Surga dari Timur”. Salah satunya Prof. Dr. Arysio Santos, seorang fisikawan dan geolog Brazil. Ilmuan ini menemukan kunci dalam dialog Plato yang bertajuk “Timaeus” yang membahas tentang Atlantis; the straits of heracles (pilar-pilar herkules). Persyaratan utama Plato tentang benua Atlantis adalah harus berada di sebelah luar “pilar-pilar hercules”. Herkules adalah anak dewa tertinggi yunani, Zeus.  Herkules merupakan figur maskulinitas dan keperkasaan. Arysio Santos menyimpulkan bahwa  pilar-pilar herkules merupakan asosiasi bagi 2 gunung berapi paling berbahaya di dunia; Krakatau dan Toba.

Arysio Santos juga mengungkapkan mengenai leluhur bangsa mesir: Plato mempelajari legenda Atlantis dari leluhurnya, Solon. Solon mendapatkan cerita itu dari para pendeta Mesir. Para pendeta itu mendapatkannya dari para pemuka hindu di India dan Nusantara, tempat legenda itu nyata terjadi. Dan fakta yang ada juga menguatkan bahwa Atlantis memang terletak di Nusantara. Atlantis dijuluki sebagai “Tanah Surga”. Sangat sejalan dengan ungkapan penduduk asli Nusantara saat ini yang menjuluki negerinya sebagai tanah surga. Tanah yang subur dengan keanekaragaman flora dan fauna terbanyak di dunia ini tentu pantas dijuluki  sebagai tanah surga.

Dan kisah tenggelamnya Atlantis sangat bisa dikorelasikan dengan peristiwa banjir yang terjadi di zaman Nabi Nuh. Buku ini juga mengaitkan antara Atlantis yang berperadaban tinggi dengan wilayah peradaban Nabi Nuh dan kaumnya. Untuk membuat konstruksi bahtera yang mampu menerjang badai dahsyat tentu dibutuhkan teknologi yang mumpuni. Seberapa mutakhir sebuah teknologi biasanya selalu sejalan dengan seberapa maju sebuah peradaban yang memakainya. Artinya peradaban kaum Nuh bukan peradaban sembarangan, terbukti dengan karyanya sebuah bahtera yang tahan diterjang badai selama puluhan hari. Dari segi sumber daya alam juga sangat menentukan hasil konstruksi bahtera tersebut. Di dalam kitab kejadian 6:14 disebutkan bahan baku bahtera adalah kayu “ghofir atau kopher”. Dalam bahasa ibrani “kopher” berarti ter atau sejenis kayu damar. Kata tersebut oleh Ath-Thabari disebut sebagai khasyab saaj, sejenis kayu jati yang sangat mudah ditemukan di nusantara khususnya di Jawa.

Dari fakta yang telah dijabarkan di atas, buku ini berhasil membuktikan bahwa peradaban Atlantis adalah peradaban Nabi Nuh yang terletak di Nusantara yang tenggelam akibat bencana universal. Akibat bencana tersebut bentuk geografis bumi berubah, memencar ke seluruh permukaan bumi. Setelah banjir mulai surut kemudian kaum Nuh mendiami suatu tempat dan mulai menyebar ke penjuru bumi untuk membangun peradaban kembali yang telah hilang. Dan itulah salah satu sebab kenapa ras manusia saat ini beragam.

Tema dari buku ini sangat menarik dengan mengangkat kisah kenabian dan mengkorelasikannya dengan hilangnya peradaban Atlantis dan kaitannya dengan Nusantara. Buku ini melibatkan berbagai literatur ilmu, antara lain: Geologi, Mitologi, Stratigrafi, Linguistik, Antropologi, dan masih banyak lagi. Buku ini membandingkan kisah-kisah yang bertema sama dengan kisah Nabi Nuh dari berbagai kebudayaan seperti Ut-napishtim, Xisuthrus, Atrakhasis, Ziugiddu atau Ziudsuddu, dan Manu yang berasal dari timur. Serta ada Ogyges, Deucalion, Megarus, Dwyfan dan Dwyfach, Tlingit, Kunyan, Doqueboth, Messou, Wiskaytach, Mee-nee-ro-ka-ha-sha, Couy-ouy, Insect people, Szeukha, Montezuma, Coxcox, Tezpi, Nene, Nota dan Nena yang berasal dari barat.

Buku ini juga membandingkan kisah banjir Nabi Nuh dalam 3 Agama Abrahamik yaitu Islam, Kristen, dan Yahudi. Dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan melakukan perbandingan-perbandingan diatas maka saya kira buku ini cocok untuk semua kalangan. Dari kaum agamawan sampai ilmuan. Selain itu, buku ini juga memuat grafik atau ilustrasi-ilustrasi penting sehingga memudahkan kita untuk memahami isinya. Ditambah lagi kualitas kertas yang bagus dan cetakan yang berwarna dengan harga yang terjangkau. Sayangnya proporsi topik dalam buku ini kurang seimbang, dalam buku ini belum dijabarkan secara komprehensif bagaimana keadaan pasca-banjir. Hal itu yang membuat saya atau mungkin pembaca yang lain penasaran.


Tapi walau bagaimanapun, buku ini sangat layak untuk dibaca karena kaya ilmu dan cocok untuk semua kalangan. Dengan membaca buku ini kita menjadi tahu tentang  berbagai kebudayaan, disipllin ilmu, dan kisah-kisah agama yang patut menjadi bahan pembelajaran. Dan ingat bahwa buku adalah gerbang dunia, dan membaca adalah salah satu cara untuk memasuki gerbang tersebut. Maka dari itu, mari buka pikiran kita, buka mata kita, dan lihatlah dunia dengan membaca.

Rafiqi, Yusep. 2015. Misteri Banjir Nabi Nuh & Tenggelamnya Atlantis Nusantara. Yogyakarta: DIVA Press.
Share: