Banjir Nuh,
bisa dikatakan sebagai banjir terdahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah
peradaban manusia sejak pertama kali manusia diciptakan sampai sekarang.
Berjuta kubik air ditumpahkan dari langit dan dimuntahkan dari dalam tanah
hingga menutupi seluruh permukaan bumi yang menurut kisah agama bencana ini
dijadikan sebagai hukuman terhadap umat manusia yang kala itu sifat mereka
semakin menyimpang. Secara rasional, peluang selamat dari “kiamat kecil” ini
nyaris mendekati nol. Namun dalam kisahnya, Tuhan memberikan peluang ini kepada
seorang yang pantas diselamatkan bersama kaum minoritasnya. melalui titah-Nya,
manusia terpilih ini kemudian membuat semacam bahtera untuk menghadapi
“keputusan-Nya”. Hari penghakimanpun tiba, hujan badai mulai turun, material
bumi mulai dimuntahkan, manusia terpilih itu dan kaum minoritasnya bergegas
menaiki bahtera bersama barang bawaan mereka termasuk sepasang binatang. Selama
puluhan hari bahtera itu terombang-ambing mengikuti ayunan gelombang tak tentu
arah. Kemudian bahtera itu tiba di suatu daratan dan berangsur-angsur air mulai
surut.
![]() |
Ilustrasi banjir |
Kisah singkat ini kemudian menimbulkan banyak pertanyaan di benak saya, dan saya pikir banyak dari pembaca yang mengalami hal yang sama. Pada peradaban seperti apa sebenarnya bencana universal ini terjadi ? semutakhir apa teknologi mereka sehingga mampu membuat bahtera yang tahan terhadap kondisi alam semengerikan itu ? jika bencana itu memang benar-benar bencana universal berarti seluruh spesies fauna (khususnya fauna darat) yang ada di bumi kala itu musnah sekaligus kecuali yang berhasil terselamatkan dalam bahtera. Lalu darimana asalnya milyaran spesies fauna yang ada saat ini (khususnya fauna darat) ? apakah bahtera itu juga berisikan seluruh spesies yang ada saat ini ? kemudian jika mengamati judul di atas timbul lagi pertanyaan, apa korelasinya antara kisah Banjir Nuh dengan kisah Atlantis yang sampai saat ini juga masih misteri ? lalu dimana peran Nusantara dalam kedua kisah tersebut ?
Artikel ini tersinspirasi dari sebuah buku yang berjudul Misteri Banjir Nabi Nuh
& Tenggelamnya Atlantis Nusantara yang saya dapatkan sekitar setahun silam. Buku ini berisi
fakta-fakta yang setidaknya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering
muncul dalam benak kita. Buku ini mengajak kita untuk memahami bahwa era modern
tidak lebih maju daripada era pra-sejarah. Sebagai contoh, pada zaman gerabah,
manusia yang hidup di zaman itu terkenal dengan keterampilannya memproduksi
gerabah. Tapi manusia di zaman sekarang sering kali sombong dengan menganggap
keterampilan tersebut sangat sepele dibandingkan keterampilan manusia zaman
sekarang. Hanya dengan sekadar mengambil tanah liat, membakar, mencetak dengan
tangan, lalu jadilah gerabah. Apakah sesederhana itu ?
Tentu tidak.
Untuk membuat gerabah yang berkualitas, mereka harus mampu mengidentifikasi
tanah liat yang benar-benar cocok. Mereka juga harus paham persentase campuran
dengan tanah yang lain termasuk tingkat kepekatan airnya. Mereka harus paham
tentang struktur dan komposisi tanah yang sekarang kita sebut sebagai
geopedologi. Mereka harus menentukan tingkat panas yang sesuai untuk memasak
berbagai campuran tanah tersebut yang kita kenal dalam ilmu kalor. Mereka juga
harus berpikir dalam mencetak tanah liat tersebut. Apakah akan dijadikan
sebagai peralatan rumah tangga atau yang lain. Kegiatan-kegiatan tersebut
tentunya membutuhkan logika berpikir yang cerdas dan penelitian-penelitian
untuk mengimplementasikannya. Persis seperti alur terciptanya sebuah inovasi di
zaman sekarang. Jadi alangkah berlebihan jika kita beranggapan bahwa zaman
pra-sejarah selalu lebih tertinggal dari zaman sekarang.
Kemudian mengenai
peradaban di masa Nabi Nuh, dalam al-Qur’an dan kitab Kejadian disebutkan
terdapat rentang waktu 10 generasi antara Nabi Adam dan Nabi Nuh (kurang lebih
1600an Tahun). Dan masing-masing generasi mempunyai rentang hidup rata-rata
lebih dari 7 Abad. Nabi Nuh sendiri disebutkan dalam al-Qur’an dan kitab
Kejadian mempunyai rentang hidup 950 Tahun. Dengan fakta ini jika kita
bandingkan dengan para ilmuan zaman sekarang yang rata-rata rentang hidup
mereka kurang dari 1 Abad, mereka sudah mampu melakukan inovasi-inovasi yang
sangat berpengaruh dalam perkembangan peradaban manusia. Maka sangatlah wajar
dengan rentang hidup yang sedemikian panjang, kaum Nabi Nuh memiliki peradaban
yang maju yang sebelumnya juga sudah dikembangkan Nabi Adam dan keturunannya. Selain
itu, Nabi Nuh adalah manusia terpilih, jadi sangatlah mungkin untuk membuat
bahtera yang mampu menerjang dahsyatnya kemarahan alam saat itu, apalagi
konstruksi bahtera dibuat berdasarkan wahyu.
Lalu bagaimana
tentang binatang yang diangkut ke dalam bahtera ? buku ini menyuguhkan teori
periodisasi bumi yang meyakini bahwa dahulu kala bentuk geografis bumi tidak
seperti sekarang. Dulu, daratan bumi menyatu membentuk sebuah pulau besar yang
kemudian lambat laun memisah menjadi seperti yang kita lihat sekarang akibat
faktor alam seperti pergeseran lempeng atau bencana. Dan buku ini mengaitkan
antara banjir universal dengan perubahan bentuk geografis bumi. Hubungannya
dengan binatang yang diangkut ke dalam bahtera adalah Nabi Nuh tidak perlu
berkelana jauh dengan menyeberangi pulau demi pulau untuk mencari binatang yang
hendak diangkut karena dahulu hanya ada sebuah imperium besar yang dihuni.
Terkait jumlah binatang yang diangkut, buku ini menyuguhkan referensi dari
al-Qur’an dan kitab Kejadian.
Bagaimana pembahasannya ? Berapa banyakkah binatang yang diangkut menurut al-Qur'an dan Kitab Kejadian ? Simak bagian selanjutnya minggu depan!
Rafiqi, Yusep. 2015. Misteri Banjir Nabi Nuh & Tenggelamnya Atlantis Nusantara. Yogyakarta: DIVA Press.
Wikipedia
Wikipedia