Monday, October 10, 2016

Mencari Jejak Nusantara dalam Kisah Banjir Nuh & Tenggelamnya Atlantis Bagian 1

Banjir Nuh, bisa dikatakan sebagai banjir terdahsyat yang pernah terjadi dalam sejarah peradaban manusia sejak pertama kali manusia diciptakan sampai sekarang. Berjuta kubik air ditumpahkan dari langit dan dimuntahkan dari dalam tanah hingga menutupi seluruh permukaan bumi yang menurut kisah agama bencana ini dijadikan sebagai hukuman terhadap umat manusia yang kala itu sifat mereka semakin menyimpang. Secara rasional, peluang selamat dari “kiamat kecil” ini nyaris mendekati nol. Namun dalam kisahnya, Tuhan memberikan peluang ini kepada seorang yang pantas diselamatkan bersama kaum minoritasnya. melalui titah-Nya, manusia terpilih ini kemudian membuat semacam bahtera untuk menghadapi “keputusan-Nya”. Hari penghakimanpun tiba, hujan badai mulai turun, material bumi mulai dimuntahkan, manusia terpilih itu dan kaum minoritasnya bergegas menaiki bahtera bersama barang bawaan mereka termasuk sepasang binatang. Selama puluhan hari bahtera itu terombang-ambing mengikuti ayunan gelombang tak tentu arah. Kemudian bahtera itu tiba di suatu daratan dan berangsur-angsur air mulai surut.


Ilustrasi banjir


Kisah singkat ini kemudian menimbulkan banyak pertanyaan di benak saya, dan saya pikir banyak dari pembaca yang mengalami hal yang sama. Pada peradaban seperti apa sebenarnya bencana universal ini terjadi ? semutakhir apa teknologi mereka sehingga mampu membuat bahtera yang tahan terhadap kondisi alam semengerikan itu ? jika bencana itu memang benar-benar bencana universal berarti seluruh spesies fauna (khususnya fauna darat) yang ada di bumi kala itu musnah sekaligus kecuali yang berhasil terselamatkan dalam bahtera. Lalu darimana asalnya milyaran spesies fauna yang ada saat ini (khususnya fauna darat) ? apakah bahtera itu juga berisikan seluruh spesies yang ada saat ini ? kemudian jika mengamati judul di atas timbul lagi pertanyaan, apa korelasinya antara kisah Banjir Nuh dengan kisah Atlantis yang sampai saat ini juga masih misteri ? lalu dimana peran Nusantara dalam kedua kisah tersebut ?

Artikel ini tersinspirasi dari  sebuah buku yang berjudul Misteri Banjir Nabi Nuh & Tenggelamnya Atlantis Nusantara yang saya dapatkan sekitar setahun silam. Buku ini berisi fakta-fakta yang setidaknya mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul dalam benak kita. Buku ini mengajak kita untuk memahami bahwa era modern tidak lebih maju daripada era pra-sejarah. Sebagai contoh, pada zaman gerabah, manusia yang hidup di zaman itu terkenal dengan keterampilannya memproduksi gerabah. Tapi manusia di zaman sekarang sering kali sombong dengan menganggap keterampilan tersebut sangat sepele dibandingkan keterampilan manusia zaman sekarang. Hanya dengan sekadar mengambil tanah liat, membakar, mencetak dengan tangan, lalu jadilah gerabah. Apakah sesederhana itu ?

Tentu tidak. Untuk membuat gerabah yang berkualitas, mereka harus mampu mengidentifikasi tanah liat yang benar-benar cocok. Mereka juga harus paham persentase campuran dengan tanah yang lain termasuk tingkat kepekatan airnya. Mereka harus paham tentang struktur dan komposisi tanah yang sekarang kita sebut sebagai geopedologi. Mereka harus menentukan tingkat panas yang sesuai untuk memasak berbagai campuran tanah tersebut yang kita kenal dalam ilmu kalor. Mereka juga harus berpikir dalam mencetak tanah liat tersebut. Apakah akan dijadikan sebagai peralatan rumah tangga atau yang lain. Kegiatan-kegiatan tersebut tentunya membutuhkan logika berpikir yang cerdas dan penelitian-penelitian untuk mengimplementasikannya. Persis seperti alur terciptanya sebuah inovasi di zaman sekarang. Jadi alangkah berlebihan jika kita beranggapan bahwa zaman pra-sejarah selalu lebih tertinggal dari zaman sekarang.

Kemudian mengenai peradaban di masa Nabi Nuh, dalam al-Qur’an dan kitab Kejadian disebutkan terdapat rentang waktu 10 generasi antara Nabi Adam dan Nabi Nuh (kurang lebih 1600an Tahun). Dan masing-masing generasi mempunyai rentang hidup rata-rata lebih dari 7 Abad. Nabi Nuh sendiri disebutkan dalam al-Qur’an dan kitab Kejadian mempunyai rentang hidup 950 Tahun. Dengan fakta ini jika kita bandingkan dengan para ilmuan zaman sekarang yang rata-rata rentang hidup mereka kurang dari 1 Abad, mereka sudah mampu melakukan inovasi-inovasi yang sangat berpengaruh dalam perkembangan peradaban manusia. Maka sangatlah wajar dengan rentang hidup yang sedemikian panjang, kaum Nabi Nuh memiliki peradaban yang maju yang sebelumnya juga sudah dikembangkan Nabi Adam dan keturunannya. Selain itu, Nabi Nuh adalah manusia terpilih, jadi sangatlah mungkin untuk membuat bahtera yang mampu menerjang dahsyatnya kemarahan alam saat itu, apalagi konstruksi bahtera dibuat berdasarkan wahyu.


Lalu bagaimana tentang binatang yang diangkut ke dalam bahtera ? buku ini menyuguhkan teori periodisasi bumi yang meyakini bahwa dahulu kala bentuk geografis bumi tidak seperti sekarang. Dulu, daratan bumi menyatu membentuk sebuah pulau besar yang kemudian lambat laun memisah menjadi seperti yang kita lihat sekarang akibat faktor alam seperti pergeseran lempeng atau bencana. Dan buku ini mengaitkan antara banjir universal dengan perubahan bentuk geografis bumi. Hubungannya dengan binatang yang diangkut ke dalam bahtera adalah Nabi Nuh tidak perlu berkelana jauh dengan menyeberangi pulau demi pulau untuk mencari binatang yang hendak diangkut karena dahulu hanya ada sebuah imperium besar yang dihuni. Terkait jumlah binatang yang diangkut, buku ini menyuguhkan referensi dari al-Qur’an dan kitab Kejadian.


Bagaimana pembahasannya ? Berapa banyakkah binatang yang diangkut menurut al-Qur'an dan Kitab Kejadian ? Simak bagian selanjutnya minggu depan!


Rafiqi, Yusep. 2015. Misteri Banjir Nabi Nuh & Tenggelamnya Atlantis Nusantara. Yogyakarta: DIVA Press.
Wikipedia
Share: